Ullen Sentalu: Jendela Peradaban Seni dan Budaya Jawa

3:49 PM

"Eh Ullen Sentalu? Kayaknya pernah denger, itu apa ya?" kataku ketika melihat papan penunjuk arah ketika bermain di sekitar Kaliurang.

Berbekal rasa penasaran, saya dan kedua teman saya membelokkan motor mengikuti petunjuk arah menuju Ullen Sentalu.

"Mau masuk?" kata seorang dari kami dengan ragu karena melihat harga tiket masuk senilai Rp 25.000 untuk wisatawan domestik dan Rp 15.000 untuk pelajar. Sedangkan untuk wisatawan asing senilai Rp 50.000 untuk dewasa dan Rp 25.000 untuk anak-anak. 

"Kayaknya lain kali aja, nggak siap ngeluarin duit segitu."

Rasa penasaran tentang Museum Ullen Sentalu akhirnya terbayar ketika beberapa minggu lalu saya mengunjunginya. Berbekal ingatan sebelumnya saya sebagai penunjuk jalan kali ini, memandu perjalanan mengikuti Jalan Kaliurang hingga memasuki kawasan obyek wisata. Di gerbang retribusi pengunjung dikenakan biaya Rp 3000 per orang dan Rp 1000 untuk kendaraan roda dua. Perjalanan dilanjutkan sampai menemui Patung Udang, lalu ambil belokan ke arah kiri, pertigaan kanan, lalu belok ke kiri ketika menemui papan petunjuk Ullen Sentalu.

Setelah memarkirkan kendaraan, kami bergegas membeli tiket. Dari loket kami diberitahu kalau pemadu kami bernama mbak Ria.


Dari sinilah tur selama 50 menit ke depan dimulai.

Di awal perjalanan mbak Ria menceritakan tentang Museum Ullen Sentalu yang merupakan sebuah museum swasta yang diprakarsai keluarga Haryono dan berada di bawah Yayasan Ulating Blencong. Museum ini diresmikan pada 1 Maret 1997 oleh KGPAA Paku Alam VIII yang saat itu menjabar sebagai gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Ullen Sentalu sendiri berasal dari ulating blencong, sejatine tataraning lumaku, yang berarti museum ini berfungsi bak lampu penerang bagi kebudayaan Jawa yang kian meredup dan terkikis oleh perubahan zaman.

Sesuai namanya Ullen Sentalu, Museum Seni dan Budaya Jawa, selama tur ini pengunjung diajak berkeliling dan diberi penjelasan oleh pemandu mengenai berbagai hal terkait seni dan budaya Jawa. Museum tersebut terdiri dari beberapa ruangan, yaitu Ruang Selamat Datang, Ruang Seni Tari dan Gamelan, Guwa Sela Giri, 5 ruang di Kampung Kambang, Koridor Retja Landa, serta Ruang Budaya.

Setelah di ruangan pertama pengunjung dikenalkan tentang sejarah Ullen Sentalu selanjutnya kami memasuki ruangan yang berisi gamelan-gamelan Jawa dan ada beberapa lukisan seorang putri yang sedang menari. Dari tur ini juga pengunjung mendapatkan banyak sekali wawasan tentang sejarah kerajaan, silsilah, raja, putri dan berbagai hal mengenai kraton Dinasti Mataram yang disajikan berupa lukisan, foto yang dinarasikan oleh mbak Ria sebagai pemandu yang sudah sangat fasih.

Ada satu area yang cukup menarik menurut saya yaitu Kampung Kambang. Dinamai Kampung Kambang karena bangunan ini berada di atas kolam air dengan ruang-ruang yang tersambung dengan jalan berkonsep labirin. Di Kampung Kambang ini terdapat lima ruang pameran yaitu Ruang Syair untuk Tineke, Royal Room Ratoe Mas, Ruang Batik Vorstendlanden, Ruang Batik Pesisiran, dan Ruang Putri Dambaan.

Di ruangan tersebut pengunjung dapat melihat sajak/syair/surat, batik yang memiliki makna setiap motifnya, foto-foto,lukisan dan berbagai pernak-pernik jaman Dinasti Mataram dan terdapat satu ruangan khusus Gusti Nurul, putri Mangkunegaran yang diresmikan sendiri oleh Gusti Nurul.

Di pertengahan tur pengunjung diberi minuman semacam wedang jahe yang katanya dapat membangkitkan semangat, kesehatan dan awet muda.


Tur ini belum berakhir, menuju ruangan selanjutnya pemandu menceritakan juga kenapa Ganesha memiliki perut yang besar. Ternyata perut Ganesha yang besar itu berisi ilmu pengetahuan.

Pengunjung beralih menuju satu ruangan yang berisi patung seorang putri dan lukisan raja Mataram. Pada jaman dahulu, kemakmuran seseorang dinilai dari fisiknya. Pantas saja kami menemukan seorang raja yang ketika muda memiliki tubuh kurus tinggi tetapi dewasanya menjadi lebih besar dan gemuk. Mungkin karena hal tersebut membuat seorang raja tersebut membesarkan tubuhnya. 


Tur berakhir ketika pengunjung sudah sampai di sekitaran Putri Malu Souvenir Shop dan Beukenhof Restaurant. Selama tur berlangsung, pengunjung tidak diperbolehkan mengambil gambar di semua tempat, hanya di beberapa tempat yang tergolong di luar ruangan pameran pengunjung boleh mengambil foto.

Mengakhiri tur dengan berfoto bersama mbak Ria
Seusai tur kami tidak ingin bergegas pulang. Dengan duduk berbincang dan mengambil beberapa foto kami menikmati suasana Ullen Sentalu yang terbilang sangat nyaman, adem dan dikelilingi dengan hijaunya pepohonan yang ada di sekitar. Selain itu arsitektur museum pun juga terkesan klasik dan bergaya Eropa yang sangat menarik.



Jika ingin berkunjung ke Museum Ullen Sentalu pastikan kamu tidak datang pada hari Senin, karena museum ini buka pada hari Selasa - Minggu jam 8.30-16.00. Untuk tahu lebih banyak tentang museum ini bisa juga kamu kunjungi website-nya di www.ullensentalu.com.

                                 

*Sebagai Jendela peradaban seni dan budaya Jawa merupakan visi dari Museum Ullen Sentalu 

You Might Also Like

0 comments