#Day3
Yang jelas, hatiku tertinggal di Karimun Jawa!
Sudah pagi dan ini waktunya kami berkemas. Lagi-lagi kami akan berlayar bersama KMP Muria selama 6 jam. Bosan sudah pasti tapi senang juga bisa bertukar cerita dengan orang lain, walaupun sama-sama tentang Karimun Jawa. Buat saya, perjalanan itu bukan hanya tentang keindahan alam tapi juga interaksi dengan orang lain, budaya setempat dan pastinya pelajaran apa yang didapat.
Jadi, terima kasih buat @mlampahmirah atas ajakan liburannya dan teman jalan yang seru @alvaniLa @anung_rahmawan @NovianaAyu @ririKhurnia @shofiaku \o/
Yang jelas, hatiku tertinggal di Karimun Jawa!
#Day2
Selamat pagi. Kami siap untuk hari yang super
pecah!
Sekitar jam 7 kami berjalan ke
Pelabuhan Rakyat. Kami melewati Alun-Alun Karimun Jawa lagi dan yang membuat kami
semua kaget adalah di balik alun-alun ternyata sudah laut! Kami melewatkannya
semalam.
Dengan diantar, sebut saja Mas
Mul dan Mas-yang-saya-lupa-namanya kami menuju Pulau Menjangan Besar. Dalam bahasa Indonesia
Menjangan berarti Rusa, sesuai artinya dulu di pulau itu terdapat banyak rusa
tapi entahlah kemana mereka sekarang.
Kapal menepi. “Ada yang mau
berenang bareng hiu?” Beberapa dari kami meng-iya-kan. Berbekal pelampung di
badan saya cuma ngambang ke sana sini. Tak lama kami sudah memakai masker dan
snorkel, siap menyapa dan berenang bersama. Walau bukan berenang bersama hiu
‘agresif’ tapi ketika dipancing dengan ikan-makanannya, hiu-hiu itu terlihat
gila berenang memutari kami yang cuma diam tak bergerak.
seolah berkata, "ih.... hiu" :-| |
“Waaaaaah aku dikrikiti hiu,” teriak mbak Vani digoda
hiu dan selang beberapa waktu aku juga.
Sebelum hiu khilaf dan lapar,
kami segera beranjak dari kolam hiu. Perpisahan dengan Pulau Menjangan Besar
kami lakukan dengan berfoto bersama kura-kura dan ikan gembung.
Selanjutnya kami akan menyelami
lautan, tapi berhubung belum ahli jadi snorkeling aja cukup. Coba tengok ke
bawah dan ini yang akan kamu lihat.
Jam menunjukkan waktunya makan
siang, kapal kami pun beranjak dari lokasi snorkeling ke sebuah pulau bernama
Pulau Cemara Kecil. Bisa dibilang kebanyakan wisatawan akan mampir ke pulau ini saat
makan siang. Sembari menunggu ikan yang dibakar kami bisa melakukan banyak hal di pulau ini. Foto, berkubang di laut, bikin video, lari ke sana-sini atau mau tiduran juga bisa banget. Yang paling berkesan dari pulau yang nggak luas ini adalah tikungannya, pasir yang sehalus tepung, gradasi warna laut, dan birunya langit. Sempurna banget!
Setelah energi terisi penuh, jadi udah siap kan?
Ya! Kami siap nyebur lagi ke laut dan menyapa penghuninya. Di spot kedua ini bisa dibilang lebih keren, karang dan ikannya.
Oke kan? |
Semakin sore. Kami menuju sisi barat Pulau Karimun Jawa, Ujung Gelam. Tempat ini ramai pada saat sore hari. Kamu bisa menikmati pantai sore hari di gubuk-gubuk penjual makanan, di bawah pohon kelapa khas pantai atau masih pengen snorkeling? Beberapa orang terlihat snorkeling di sana katanya nggak kalah bagus tapi kami tidak mencobanya.
"Aku foto ya. Kalian kan BFF gitu," kata mbak Shofi. |
Sore itu, setelah melahap gorengan di salah satu gubuk kami berjalan menyusuri pantai Ujung Gelam. Sampai akhirnya kami bertemu dengan matahari terbenam.
Sebelum semakin gelap kami harus segera pulang. Setelah itu, beberes diri dan malam itu kami habiskan dengan berjalan-jalan. Makan malam, membeli oleh-oleh, bahkan berhubung malam minggu Karimun Jawa rame ada layar tancap dan dangdutan di Alun-alun.
#Day1
Akhirnya sampai! Welcome to
Karimun Jawa! Rasanya sungguh menyenangkan sampai di tujuan apalagi setelah
menempuh perjalanan panjang Jogja-Jepara (via travel 4 jam) dan Jepara –
Karimun Jawa (via KMP Muria 6 jam).
Setelah leyeh-leyeh, makan dan mandi, kami memutuskan untuk tracking ke
Bukit Joko Tuwo. Dari homestay yang
nggak jauh dari pusat kota kami hanya perlu berjalan sekitar 30 menit dengan
sedikit terburu-buru. Kenapa? Karena matahari sudah hampir terbenam, kami
terlambat. Tapi tidak terlambat untuk melihat keindahan warna-warni jingga-ungu
khas sunset dari atas, apalagi terdengar adzan Maghrib dari kejauhan.
Di atas bukit ini, terdapat sebuah bangkai
ikan yang tinggal tulang-tulangnya. Ternyata itu adalah ikan Joko Tuwo. ‘Katanya’
Joko Tuwo adalah seekor ikan yang dahulu menjaga pulau Karimun Jawa. Sebelum
menjadi seekor ikan, Joko Tuwo adalah seorang manusia.
Sebelum langit semakin gelap kami
menuruni bukit dan menuju tempat nongkrongnya anak Karimun Jawa, Alun-Alun
Karimun Jawa. Di sana ada banyak penjual makanan, mulai dari ikan bakar,
siomay, bakso, sampai makanan berat. Ternyata Alun-Alun Karimun Jawa punya
persamaan dengan Alun-Alun Kidul Jogja yaitu ada sepeda neon! Tapi yang saya
lihat malam itu cuma ada dua saja.
Setelah nyawang lintang di Alun-Alun kami kembali ke homestay dan bersiap untuk hari esok.
*Karimun Jawa #1: Mengejar Matahari Terbenam
*Karimun Jawa #2: Membiru Bersama Laut
*Karimun Jawa #3: Hatiku Tertinggal di Karimun Jawa
*Karimun Jawa #1: Mengejar Matahari Terbenam
*Karimun Jawa #2: Membiru Bersama Laut
*Karimun Jawa #3: Hatiku Tertinggal di Karimun Jawa