Kedua kalinya naik Nglanggeran ada beberapa yang berubah, tiket masuk (menjadi Rp 5.000), ada embung Nglanggeran dan papan petunjuk di jalur pendakian semakin banyak. Jadi nggak takut kalau kesasar. Selain itu dibelokan jalan depan Polsek Patuk ada papan petunjuk "Air Terjun Njurug Gedhe". "Nanti harus mampir ke sana," niatku. Berhubung disetujui, akhirnya kami ke sana.

Di perempatan jalan dekat Puskesmas Patuk II ambil jalan belok ke kiri (kalau ke Gunung Api Purba belok ke kanan) lalu ikuti jalan sekitar 2 km. Kondisi jalan terbilang masih aman, jalanan awal sedikit berbatu lalu mulai mulus hasil semen dan pastinya melalui tanjakan dan turunan yang tingkat kemiringannya lumayan, tapi masih bisa teratasi (aman). 

Dari kejauhan kami melihat tempat parkir dan itu pertanda kami sampai. Letaknya persis sebelum Jembatan Gantung Lemah Abang. Dari lokasi parkir, kami masih harus berjalan menyusuri sawah dan hutan sekitaran 200 m. 

Jangan harap jalan yang ditemui berupa tangga atau jalan bersemen, karena yang bakalan kamu temuin semacem ini:

Ini yang dinamakan bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian. Tentu saja senang karena suara air terjun sudah mulai terdengar, pertanda kalau kami sudah dekat. Tak lama kami melihat ini.

Bonus ketika kamu datang sore hari adalah bisa melihat pelangi di sela-sela gemercik air terjun. Dan rasanya kurang puas juga kalau cuma melihat tanpa menyentuh airnya. Mari kita turun!

Dari beberapa sumber yang saya baca, ternyata sebelumnya air terjun ini pernah kering dan sungai tempat air mengalir dari air terjun ini bernama Kali (Sungai) Gembyong. Mungkin kalau aliran airnya lebih jernih, sangat menggoda untuk berbasah-basahan di sana. Selain Air Terjun Njurug Gedhe, di atas lokasi ini ada satu air terjun juga yang biasanya disebut dengan Air Terjun Gembyong tapi tidak terlalu tinggi.

"Tadi aku dari Air Terjun Njurug Gedhe"

"Emang ada airnya?"

Percakapan dengan seorang teman via sms.