Kembali Bercerita Lewat Maddah

3:57 PM

"Mereka semua ada dan berkumpul
bersamaku saat membaca buku ini,
jangan pernah mengambilnya dariku...
Karena buku ini milikku"

Barisan kalimat itu tertulisdi halaman awal buku dan membuatku mengurungkan niat membacanya malam itu. Keesokkan harinya aku mencuri-curi waktu di sela-sela waktu kuliah untuk tenggelam dalam ceritanya.


Maddah. Buku kedua dari Risa Saraswati ini masih memiliki benang merah yang sama dengan Danur, menceritakan sahabat-sahabatnya yang kini tak lagi menjadi manusia. Danur lebih menceritakan bagaimana mereka bertemu dan mulai menjalin persahabataan sejak Risa masih setinggi Peter. Maddah bisa dibilang lebih dewasa baik karakter Risa, cerita dan persahabatan mereka. 

Beberapa cerita 'teman' Risa semasa hidup juga dituliskan di buku ini, seperti kisah Canting seorang penari yang rela meninggalkan rumah dan orang tua demi hidup bersama seorang lelaki yang sudah beristri. Tapi nyatanya, pengorbanan Canting tak sebanding dengan apa yang terjadi pada dirinya. 

Maddah lebih hidup dengan adanya konflik. Persahabatan mereka mulai renggang karena kesalahpahaman dan kehadiran sosok lain yang pada akhirnya bisa menambah kecerian persahabatan mereka yaitu Marianne dan Norma.

Diakhir tulisan ini, saya menyatakan sepakat dengan tulisan Risa dalam SEKILAS WACANA di halaman 102-103.

"... Tapi, mereka tak menemukan orang-orang yang mereka sayangi itu setelah mati, padahal mereka pergi meninggalkan dunia ini secara bersamaan..."

"... Mungkin perasaan mengganjal yang belum dituntaskan semasa hidup membuat jalan mereka menuju tempat baru tertutup. Mungkin karena rasa penasaran mereka terhadap hidup terlalu singkat."

Cukup malas untuk membuka perangkat digital dan langsung menulisnya di sini maka solusi yang menyenangkan adalah menulisnya di buku catatan.

You Might Also Like

0 comments