Kāla Kālī: Hanya Waktu yang Tak Pernah Terlambat

9:20 AM


“gegas dan waktu tak pernah bisa berbagi ruang, apalagi, berbagi cerita. maka, saling mencarilah mereka, berusaha menggenapi satu sama lain. hingga satu titik, kala menjadi mula dan kali mengakhiri cerita”

Kāla Kālī: Hanya Waktu yang Tak Pernah Terlambat adalah Gagas Duet novella dari dua penulis, Valiant Budi dan Windy Ariestanty. Keduanya mempersembahkan sebuah cerita yang bermain-main sekaligus memberi ruang dan waktu. 

Valiant Budi (@vabyo) dengan Ramalan dari Desa Emas yang membuat saya terbawa dengan ceritanya, ikut berpetualang di desa Sawarna bahkan saya ikut deg-degan, tertawa, haru dan yang paling mengejutkan adalah akhir ceritanya.

“Menyenangkan sekali berada di sebuah tempat yang tidak diketahui banyak orang ini. Mungkin ini gejolak perasaan bule-bule Eropa itu saat menemukan kebun rempah-rempah di Indonesia.” (Kāla Kālī, 23)

“Satu tak akan cukup, seribu tak akan selesai.” (Kāla Kālī, 125)

Cerita yang kedua adalah Bukan Cerita Cinta dari Windy Ariestanty (@windyariestanty) bercerita tentang Bumi tanpa nama depan, tengah, dan belakang, Akshara dan Koma dari Komang yang bukan berasal dari Bali yang disajikan dengan bahasa yang manis dan rapi. Tiap uraian katanya seakan ingin saya catat dalam #quoteKalaKali.

“Jendela selalu mengingatkanku kepada cinta yang menunggu. Dan lagi-lagi perempuan itu menunggu di tepi jendela. Tak Cuma dia. Aku juga menunggu. Menunggu dia mengalihkan pandangannya yang jauh itu agar berpindah ke sesuatu yang ada di hadapannya.” (Kāla Kālī, 322)

“Kuku jarimu selalu tumbuh meski kaupotong. Sebesar itulah cinta. Tak pernah sangat besar, tidak juga terlalu kecil. Cinta itu cukup.” (Kāla Kālī, 327)

Terima kasih untuk #kuisKalaKali dan Waktu Jawabannya yang membuat Kāla Kālī berada di tangan saya.

-Windy Ariestanty: windy-ariestanty.tumblr.com
-Valiant Budi: oh.vabyo.com

You Might Also Like

0 comments