Traveler yang Tertunda: Melangkah menuju Gunung Bromo

9:33 PM

Pagi itu, 21 Januari 2013,  kami sepakat berkumpul di Stasiun Lempuyang pukul 7.00. Seorang teman yang dari sebelumnya berprinsip 'telat tinggal!' justru dia sendiri yang telat. Oke cukup santai karena kereta Sri Tanjung yang akan membawa kami ke Timur berangkat pukul 7.35.

"Eh Rifa. Mau kemana?" kata seorang yang ternyata temannya Rifa.
"Probolinggo. Kamu?"
"Sama. Bromo ya?"
"Iya"

Beruntung bisa bertemu rombongan lain yang ternyata temannya Rifa dan pada akhirnya kami akan bergabung untuk transport dan penginapan di sana. Rombongan kami yang berjumlah 7 orang ditambah 11 orang, dan kami sudah menjadi rombongan besar.

Menurut jadwal yang ada kami akan sampai di Probolinggo pukul 15.55 dan itu saja sudah cukup mepet untuk mendapatkan ELF ke Cemoro Lawang. Ya menurut sumber bacaan di internet ELF berhenti beroperasi jam 16.00. Kereta kelas Ekonomi itu adalah keretanya para penyabar terlebih lagi ada kereta yang anjlok di daerah Gubeng sehingga membuat kami baru sampai di Probolinggo jam 22.30.

Setelah nego yang cukup lama akhirnya kami mendapatkan ELF yang bisa mengantar kami ke Cemoro Lawang. Kalau sudah malam begini biasanya sistemnya carter dan harganya bisa lebih mahal dari harga biasa yang hanya Rp 25.000. Nah di sinilah kepintaran nego harus dikeluarkan hingga akhirnya kami membayar Rp 50.000 PP. Sama kan dengan tarif normal? Tapi ELF ini diisi dengan 7 orang + 11 orang + 4 orang, ya kami ber-22 orang bermepet-mepet ria selama sekitar 90 menit perjalanan menuju Cemoro Lawang.

Alih-alih red carpet kami mendapat gerimis sebagai ucapan selamat datang di Cemoro Lawang. Begitu mendapat penginapan dengan harga yang telah disetujui kami bergegas masuk ke rumah karena cuaca di luar sangat dingin. Karena di rumah ini hanya ada 2 kamar maka kamar itu digunakan untuk cewek sedangkan cowok mendapatkan ruang tamu untuk beristirahat.

Kebersamaan keluarga sehari di Bromo
Setelah obrolan semalam, kami sepakat untuk melakukan perjalanan ke kawasan Bromo menggunakan jeep, sedangkan teman-teman rombongan lain memilih berjalan kaki. Jeep tersebut kami sewa sekitar Rp 553.000 untuk 7 orang, karena maksimal jeep hanya untuk 6 orang maka kami harus membayar cash Rp 100.000. 

Selesai bersiap sekitar 30 menit perjalanan kami sampai di Penanjakan 2. Untuk mendapat tempat yang pas kami harus berjalan ke atas, tapi sepertinya cuaca sedang tidak mendukung kami, matahari tampak enggan untuk menunjukkan dirinya, terlebih lagi kabut tebal juga menghalanginnya.
Melihat ke bawah ketika kabut tersapu angin
*Ada baiknya untuk berburu sunrise mulailah perjalanan sekitar jam 3.

Oke mungkin ini akan menjadi alasan untuk kembali ke Bromo suatu hari nanti, berburu sunrise.

Satu jam perjalanan menuju Savana...

Di sini kami bisa melihat hamparan rumput hijau dan gunung yang ada di sekitar.

Formasi lengkap, nika - rifa - jo - hanan - soebur - rahma - akhi
Pasir Berbisik, menjadi tempat tujuan kami selanjutnya yang hanya 15 menit jarak tempuhnya dari Savana. Kenapa dinamakan Pasir Berbisik? Jadi biasanya ketika tersapu angin, pasir itu akan mengeluarkan suara yang seakan-akan berbisik.


Dan tujuan terakhir dan utama adalah Kawah Gunung Bromo. Jarak tempuh Pasir Berbisik ke Gunung Bromo hanya 10 menit, tapi jika ingin ke kawahnya perlu berjalan sekitar 30 menit atau alternatif lain dengan menaiki kuda. Tentu saja kami lebih memilih untuk berjalan kaki, karena kami tidak ingin menyia-nyiakan semangat pejalan dan pemandangan di sekitar.


Satu hal yang perlu dibawa jika ingin menuju Kawah Gunung Bromo adalah masker/slayer/penutup hidung, karena bau belerang yang cukup menyengat, bahkan kemarin saya merasa seperti tenggorokan saya tercekik oleh bau belerang.



Menjumpai seorang ibu yang berjualan bunga Edelweis 
Pura di hamparan pasir kaki Gunung Bromo
Oke berakhir sudah jelajah kami di kawasan Bromo. Ketika kami menuju perjalanan pulang ke homestay jeep kami sempat bermasalah hingga macet. Namun cukup beruntung, sembari bapak sopir mengurusinya kami berfoto-foto karena pemandangannya bagus.

Jeep yang mengantarkan perjalanan kami

Jalan pulang
Sampai di homestay kami beberes diri lalu mencari makan di warung terdekat.


Sekitar jam 1 siang ELF yang menjemput kami dan rombongan lain sudah terparkir di luar. Hanya 7 orang + 11 orang yang kembali turun ke Probolinggo, maka ELF tersebut tidak terasa sesempit kemarin. Tujuan kami, rombongan besar, masih sama yaitu ke Terminal Probolinggo dan mencari bus menuju Malang. Tetapi kami berpisah dengan 11 orang karena sudah berbeda tujuan.

Perjalanan kami selanjutnya menuju Batu, Malang dengan mobil jemputan dari saudara Rifa. Mampir sebentar di salah satu rumah makan di Batu lalu kami diantarkan ke penginapan. Setelah beberes diri dan hari cukup malam kami menuju Batu Night Spectacular yang letaknya tidak jauh dari penginapan kami.


Puas bermain kami segera kembali ke penginapan untuk beristirahat karena besok pagi kami harus segera menuju Stasiun Malang untuk menuju Stasiun Gubeng, Surabaya.

Rencana kami ingin mengejar kereta jam 7 tapi karena tiket sudah habis dan akhirnya kami mendapat tiket jam 10. Sembari menunggu waktu kami memutuskan untuk sarapan lalu berjalan-jalan di sekitar stasiun Malang yaitu taman di depan Balai Kota Malang dan Alun-alun Malang.


Setelahnya kami menghabiskan waktu di perjalanan, menuju Stasiun Gubeng, Surabaya lalu berganti kereta menuju Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Sekitar jam 8 kami sudah sampai dan kemudian berpisah, kembali ke rumah masing-masing.


Thanks for awesome trip Bromo - Malang @akhiharuni @NafiahRahma @RifaAfiana @guruhsoebur @70dirt @Hanantadk dan teman-teman seperjalanan dari UGM

*detail biaya bisa cek --> guruhsoebur.blogspot.com
*dari obrolan saya tahu waktu yang pas untuk berjelajah di Bromo adalah sekitaran Juli-Agustus karena terbilang cerah tetapi suhu di sana akan semakin dingin. Dan karena bertepatan dengan musim liburan juga, biasanya tarif jeep akan tetap stabil tetapi tarif penginapan bisa melonjak.

You Might Also Like

0 comments