Setelah enam tahun, baru bisa
kembali lagi ke sini. Buat saya, Bromo itu berkesan karena jadi destinasi
pertama di luar kota yang saya kunjung bareng teman-teman. Keseruannya udah pernah
saya tulis di
sini.
Kenapa ke Bromo lagi? Satu alasan
kuatnya adalah pengin lihat sunrise!
Dulu belum beruntung, alih-alih matahari terbit yang cantik, kami melihat Bromo
yang berselimut kabut. Ya namanya juga ke sana pas bulan Januari, maklum anak
kuliah dapat liburnya bulan itu.
Perjalanan bulan April lalu dimulai
dari Malang. Biar praktis dan tanpa mikir, saya ikut open trip. Jadi, dini hari sudah dijemput di penginapan di Malang
kemudian lanjut perjalanan ke basecamp
mereka untuk berkumpul dengan yang lain.
Mau Ikut Open Trip? Ini Tipsnya
Sebenarnya, saya nggak terlalu suka dengan tour & travel kemarin karena ada satu-dua hal
yang kurang menyenangkan. Semua orang pasti nggak
mau bad mood pas liburan makanya harus pinter-pinter pilih tour
& travel. Misalnya dengan baca testimonial,
kepoin media sosial sampai
websitenya.
Sebagai peserta open trip, kita tuh juga harus jadi
orang yang fleksibel dan tahu waktu. Begitu juga dengan pihak tour leader, pastikan kasih informasi
detail misalnya nanti pukul sekian kita kumpul, tujuan kita ke A, B, C dan
seterusnya. Nah, sebisa mungkin tepati apa yang telah dijanjikan.
Mari Kita ke Bromo!
Perjalanan menuju kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru tidak terlalu lancar karena maceeeet. Yaaaa
namanya juga jalan-jalan memanfaatkan long
weekend. Makanya begitu ada kesempatan rada selo, driver jeepnya langsung tancaaaap gas! Kami diajak off-road
juga di sekitaran Pasir Berbisik-Savanna.
Seru banget! Biarin aja deh badan
keguncang ke sana-kemari karena jalanan yang penuh lubang dan batuan.
Spot Sunrise Pananjakan masih
cukup jauh tapi jeep kami tidak bisa maju lagi karena sudah penuh oleh jeep lain
yang terparkir. Meski bukan spot terbaik tapi sunrise di depan mata bener-bener cantik. Seneng dan lega,
kesampaian juga lihat sunrise di
Bromo.
Nggak dapat foto sunrise bagus-Gunung
Bromo tertutup Gunung Batok bukan masalah, yang penting bisa menikmati. Karena liburan nggak cuma foto-foto doang. Setuju?
Bukit Widodaren? Jaman dulu ke
sana, destinasi ini belum terdengar. Jadi semangat dan penasaran... Begitu turun dari Pananjakan,
kami langsung menuju Bukit Widodaren ini. Di sana kita bisa melihat pemandangan
bukit-bukit di sekeliling. Khas Bromo banget!
Perjalanan berlanjut. Kawah Bromo
jadi tujuan berikutnya. Saat itu Gunung Bromo masih berstatus Waspada yang
menyebabkan wisatawan nggak boleh
mendekat hingga radius 1 km dari bibir kawah. Sebelum berangkat pun sebenarnya
udah tahu soal ini tapi karena masih aman jadi tetep jalan deh!
Akhirnyaaaa spot terakhir dan
terfavorit: Savanna!
Sepanjang mata memandang bukit
hijaaaau. Udaranya sejuk. Ada penjual bakso juga! Karena anaknya laperan, saya
memesan bakso yang makannya sambil berkhayal: ‘andai belakang rumah
pemandangannya kayak gini’.
Belum puas jalan-jalan, foto, dan
duduk melamun, para tour leader udah
memanggil kami untuk bersiap pulang. Kalau lain
kali ke Bromo dan private tour,
bakal minta di Savanna-nya lebih lama deh, sampai bosan pokoknya...
Wajib Bawa Ini Kalau Ke Bromo!
Buat siapapun yang mau ke Bromo,
pasti udah tahu ya kalau di sana itu dingin (kalau
pagi doang sih). Jadi jangan lupa bawa jaket, sarung tangan, penutup
kepala, syal, dan apapun yang sekiranya bikin kamu hangat. Selain itu, bawa
juga masker dan kacamata, debu di Bromo itu nggak
kira-kira lho.
***
Baiklah, mari sudahi basa-basi
ini. Sebenarnya saya nggak ada ide
mau gimana nulis cerita perjalanan
ke Bromo ini. Namun karena pengin menuliskannya di blog, jadi ngalir gini aja deh. Selain Bromo, saya juga sempat
jalan-jalan santai di Malang. Nanti kita sambung lagi ya cerita-ceritanyaaa.
Boleh juga lho follow Instagramku di @nikaresti. Mari berteman!
Boleh juga lho follow Instagramku di @nikaresti. Mari berteman!